Melanjutkan kisah sebelumnya... Saya dan Zahra berdiam diri, membaca banyak doa sembari berpegangan tangan untuk menghangatkan jari-jari kami yang mulai terasa membeku. Dalam sunyi malam saat itu, kami hanya bisa berharap teman-teman kami yang lain dapat segera menyusul kami. Sesekali suara kehidupan dari atas sana terdengar dan sesekali kami coba untuk memanggil meski hasilnya tetap nihil. Tidak ada satupun yang dapat mendengar kami. Zahra kembali menyenteri jalur yang baru saja kami lalui, masih gelap, tak ada satupun bayangan manusia yang terlihat. Lagi-lagi hanya suara angin dan lantunan Ayat Suci Al-Qur'an yang terdengar dari handphone milik Zahra. Tangan kami masih terus berpegangan, bahkan semakin erat. Malam itu kami mungkin telah pasrah, namun masih tetap berdoa dalam hati agar tetap kuat sampai akhirnya bisa berkumpul kembali bersama teman-teman kami. Dengan udara yang semakin dingin menusuk tulang dan peralatan kami yang seadanya, kami sadar bahwa s...
Meninggalkan cerita pada setiap jejak langkah bukan untuk disesali tapi untuk disyukuri