Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Gunung Sibuatan Part 2 : Kami Berada di Tengah Sepi

Melanjutkan kisah sebelumnya... Setelah sekitar hampir satu jam kami beristirahat, kami kembali memulai pendakian. Dari shelter 4 menuju shelter 5 memiliki jalur yang bisa dibilang cukup extreme . Jalur dengan tanjakan yang terbuat dari akar-akar besar dan tinggi membuat kami menelan ludah dibuatnya belum lagi udara semakin dingin perlahan mulai terasa menusuk sampai ke tulang dan saya pun semakin resah memikirkan keadaan kaki saya yang sering kumat-kumatan. Sebelum melanjutkan pendakian tak lupa kami berdoa dalam hati kami masing-masing memohon kepada Sang Pencipta agar diberi keselamatan dalam perjalanan mengingat kami kembali mendaki diwaktu hampir gelap. Setelah mengemas barang-barang dan mempersiapkan diri, kami mulai mendaki dengan ritme sedikit cepat. Formasi masih sama dengan sebelumnya, tetap Apis dan Iqmal di depan saya dan Zahra, sementara Insan bersiaga di belakang kami berdua. Dengan tracking pole di tangan sebelah kanan, saya mulai menanjaki akar-akar...

Gunung Sibuatan Part 1 : Perkenalan Yang Menyakitkan

  16 Februari 2018, merupakan hari pertama saya menginjakkan kaki di Gunung Sibuatan, Sumatera Utara. Berawal dari seorang teman yang bertanya kepada saya tentang detail lokasi dan keadaan Gunung Sibuatan, lama-lama berakhir dengan ajakan mendaki bersama. Gunung Sibuatan terletak di Desa Nagalingga, Kab. Karo dan merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 2.457 mdpl. Singkat cerita setelah semalaman menginap di kost teman di Kabanjahe, saya, sahabat saya Zahra dan tiga orang lainnya yaitu Apis, Iqmal dan Insan berangkat menuju Desa Nagalingga dengan menggunakan tiga buah sepeda motor. Beberapa hari sebelum kami berangkat, seperti biasa kami membuat group chat untuk membahas bagaimana keadaan tempat yang akan kami tuju, apa saja kendala yang akan dialami, waktu untuk mencapai tempat tersebut, masalah transportasi, logistik dan hal-hal lain yang harus dipersiapkan sebelum pergi. Dari kesepakatan, kami seharusnya berangkat pagi-pagi sekitar j...

Aku Rindu

Aku rindu bersenda gurau dengan kabut yang menutupi sebagian pandanganku Aku rindu menatap langit dari celah hutan rimbun yang menjadi atap bagi rumahku saat itu Aku rindu menapaki tanah basah yang menempel di sepatuku Aku rindu wangi khas daun yang terhirup masuk ke sistem pernapasanku Rindu yang menggandengku untuk bisa kembali menjejaki rumahnya lagi Rindu yang membalut tubuh untuk terlelap di hamparan rumputnya lagi Rindu yang memaksa masuk ke dalam paru-paru untuk bisa menghirupnya lagi Rindu yang menelusuri setiap jengkal aliran pembuluh nadi Aku ingin kembali berjalan Menatap setiap helai daun yang jatuh Merenung disetiap derap langkah kaki Mencoba menjamah langit meski hanya sebuah ilusi Tertawa meski lara kerapkali memeluk erat Dan kembali pulang setelah dahaga terlampiaskan

Lintas Memori

Riuh suara bising gerombolan manusia terdengar dari setiap arah bercampur dengan suara deru mesin kereta api yang datang dan pergi silih berganti. Jam menunjukkan pukul 16.07 WIB, sore itu saya duduk menunggu kedatangan kereta api jurusan medan-binjai, berbekal ponsel dan minuman dingin saya mencoba meredam suara-suara bising yang membuat telinga tak nyaman dengan membaca sebuah antalogi tentang perjalanan melintasi nusantara. Beberapa cerita yang saya baca mampu membuat setengah dari alam bawah sadar saya melayang mengarungi imajinasi. Beberapa tempat yang tersaji dalam antalogi yang saya baca mampu membuat saya takjub dan bermimpi dapat pergi ke sana suatu hari nanti. Teluk Tomini di Gorontalo, desa adat Wae Rebo di Flores dan beberapa tempat yang dideskripsikan dengan sangat detail dan gaya bahasa yang sederhana membuat saya larut dan sukses membunuh rasa penat karena menunggu. Beberapa kali saya melirik jam di layar ponsel, kini waktu sudah menunjukkan waktu 16.45 WIB. Tiket k...