Kali ini saya berkisah bukan tentang alam,
saya akan menceritakan bagaimana doa mampu merubah jalan hidup manusia,
bagaimana doa mampu menjadi penguat untuk menghadapi kerasnya hidup, bagaimana
doa mampu membolak-balikkan hati manusia.
Dimulai dari sebelum saya berhijrah. Hidup
saya bisa dikatakan baik-baik saja, semua masalah hanyalah seputar sekolah dan
permasalahan adik dan kakak ketika dirumah. Saya bukan orang yang ambisius,
saya bukan orang yang punya semangat menggebu dalam mengejar apa yang saya mau
dan saya bukan orang yang taat dalam beribadah, saya hanya orang yang biasa.
Tapi suatu hari ketika saya baru saja duduk di bangku SMA, Allah mempertemukan
saya dengan seorang teman, entah bagaimana caranya saya seketika menaruh
kepercayaan terhadapnya untuk menceritakan seluruh keluh kesah saya. Teman itu
bukan orang yang saya kenal sebelumnya, tapi mungkin ini adalah cara Allah
untuk mengenalkan dan menunjukkan kepada saya tentang hidup yang sebenarnya.
Seiring berjalannya waktu saya dan dia menjadi semakin dekat, bahkan menjadi
sepasang sahabat. Saya merasa senang bisa mengenalnya, dia adalah orang yang
ambisius, dia orang yang mempunyai mimpi, dia adalah orang yang mengenalkan
saya dengan pentingnya beribadah. Saya dan dia adalah sepasang sahabat yang
bisa dibilang telah mengerti satu sama lain, kami saling menyampaikan keluh
kesah tentang masalah kami masing-masing, dia adalah orang yang membuka mata
saya bahwa hidup itu tidak mudah, hidup itu keras, hidup itu terkadang tak bisa
berjalan sesuai dengan apa yang kita mau.
Singkat cerita, masalah mulai muncul ke
kehidupannya. Masalah yang menyambanginya tidak mudah, mulai dari perceraian
orangtua, masalah ekonomi, ditinggal oleh orang-orang yang disayang, harus
melepaskan mimpi yang selama ini ingin diraihnya, kehilangan kasih sayang
seorang ayah, semuanya terdengar sangat sulit bagi saya. Masih teringat jelas
dikepala saya bagaimana kami sama-sama menangis ketika dia menghadapi masa-masa
terberatnya, membuat hati saya tersayat meski saya tak pernah mengalaminya.
Satu pelajaran yang bisa saya ambil darinya, berdoa adalah penguat bagi seluruh
masalah yang hadir dalam hidupnya. Jalan hidup memang tidak pernah lurus,
kadang berat menanjak layaknya mendaki gunung, kadang curam menurun membuatmu
terperosok jatuh, namun ketika kita berdoa, kita tetap mempunyai tongkat untuk
membantu kaki terus berjalan seberat apapun jalurnya.
Sampai akhir dari cerita tentangnya, kini
saya melihatnya telah bahagia, benar adanya ketika kita tak pernah bosan untuk
berdoa, Allah yang akan menghilangkan masalah kita satu persatu. Allah telah
mengganti seluruh masalah itu dengan mengirimnya seorang laki-laki baik dan
bijaksana, laki-laki yang mampu membahagiakannya dan melenyapkan seluruh
kesedihan yang ada. Mungkin masalah itu belum seluruhnya terselesaikan, namun
luka-luka dari masa lalu telah sedikit demi sedikit mengering dan tak lagi
terasa nyeri. Semua karena adanya kekuatan dari doa, doa yang mampu menguatkan,
doa yang mampu melunturkan setiap masalah yang ada, hanya dengan doa.
Berbeda dari cerita sahabat saya, saya
sendiri telah merasakan bagaimana kekuatan doa itu memang benar dan nyata. Saya
belumlah sempurna dalam berhijrah, saya belumlah mampu untuk beristiqomah,
namun saya berani bercerita bahwa kisah ini yang bisa membuat saya terenyuh dan
berterimakasih terhadap saya dan seluruh masalah saya yang dulu. Jauh sebelum
saya akhirnya berhijrah, didalam lubuk hati saya ada perasaan dan keinginan
untuk bisa berubah menjadi lebih baik namun kesenangan dunia telah membuat saya
mengubur keinginan saya tersebut. Beberapakali saya bermimpi tubuh saya
terbalut dengan pakaian syar’i, beberapakali hati saya bergetar melihat
wanita-wanita dengan pakaian syar’inya berjalan anggun menuju masjid, saya
hanya bisa melihat dan bergumam dalam hati “Kapan saya bisa seperti mereka?”,
tapi saya menganggap gumaman yang saya ucapkan dalam hati bukanlah hal yang
serius. Waktu demi waktu saya lewati hanya dengan kesenangan dunia, shalat hanya
sekedar untuk menjalankan kewajiban bahkan kadang saya meninggalkannya, saya terkadang
hanya shalat ketika ada hal yang saya harapkan supaya Allah memperlancar
semuanya, Al-Qur’an tidak pernah sekalipun saya sentuh, saya hanya menyentuhnya
ketika kegundahan dan kegelisahan memasuki hati saya, lisan yang sejatinya
mampu memasukkan manusia ke neraka juga tidak pernah saya jaga. Mungkin hati
saya sedikit demi sedikit telah mati, tidak ada keresahan dalam diri saya
ketika saya tidak beribadah, saya telah tersesat.
Jalan hidup manusia memang tidak pernah ada
yang tahu, Allah telah mendengar apa yang sering saya gumamkan dalam hati.
Mungkin saya sendiri sudah melupakannya, tapi Allah dengan kebesaran-Nya
mengingatkan saya dengan suatu peristiwa yang sampai sekarang membuat saya
bersyukur pernah menghadapinya. Allah telah menegur saya lewat tajamnya lisan
saya. Karena lisan ini, saya telah membuat banyak orang terjebak dalam
kesulitan, karena lisan ini membuat orang-orang mungkin membenci saya, karena
lisan ini, saya telah memberikan luka untuk seseorang. Dari masalah yang satu,
timbul masalah yang lain, satu persatu orang yang dekat mulai menjauh. Semua
terjadi tiba-tiba, semua terjadi sangat cepat, Allah memberikan semuanya, lalu
seolah-olah Allah mengambil semuanya, sampai yang bisa saya lakukan hanya
berdoa memohon pengampunan dan meminta pertolongan dari-Nya.
Begitu apik Allah mengemas semuanya, lagi
dan lagi, dalam kepenatan menghadapi beberapa masalah yang cukup mengganggu
tidur saya, Allah mempertemukan saya dengan seorang teman. Teman yang sederhana
dan rendah hati, yang kembali membuka mata saya dan menggerakkan hati saya
untuk mulai mendekat pada Sang Pencipta. Dari waktu ke waktu saya merasakan
ketenangan dan keinginan untuk berhijrah itu kembali menyapa saya. Suatu hari
saya menatap diri saya sendiri didalam cermin, saya balutkan khimar itu
dikepala saya, entah mengapa saya merasa bahagia melihatnya, seketika saya
mengingat apa yang dulu saya ucapkan dalam hati “Kapan saya bisa seperti
mereka?”, mungkin ini jawaban dari-Nya, mungkin ini saatnya untuk saya berubah.
Ketika pada akhirnya saya memutuskan untuk
berubah menjadi lebih baik, saya mulai berdoa pada Allah agar saya diberikan
kekuatan untuk istiqomah. Dalam setiap doa yang saya panjatkan, saya selalu
meminta untuk didekatkan dengan orang-orang yang juga berproses untuk menjadi
hamba-Nya yang lebih baik. Dengan berjalannya waktu saya belajar dan berproses,
kembali, entah bagaimana caranya, Allah mengabulkan doa saya dengan cara-Nya
yang tak terduga. Saya dipertemukan dengan orang-orang yang selama ini tidak
pernah saya kenal, tidak pernah saya bayangkan bisa berkumpul bersama mereka,
orang-orang yang dulu sempat saya panjatkan dalam setiap doa-doa saya. Sangat
manis, begitu saya katakan tentang bagaimana Allah mengabulkan doa-doa saya
dengan cara-Nya yang luar biasa.
Mungkin kisah saya dan sahabat saya tidak
sehebat kisah-kisah para motivator ataupun tokoh-tokoh hebat yang ada di luar
sana, tapi dari kisah ini saya ingin menyampaikan bahwa setiap apa yang kita
inginkan, yang kita harapkan, yang kita ucapkan, sadar ataupun tidak, bisa jadi
itu adalah sebuah doa yang suatu hari nanti Allah akan mengabulkannya dengan
skenario-Nya yang indah. Kalau saja diri ini belum merasakan bagaimana hebatnya
kekuatan doa, maka perhatikan orang-orang di sekitar kita, barangkali tanpa
kita sadar Allah sedang menunjukkan hebatnya kekuatan doa kepada kita melalui
orang-orang tersebut.
Komentar
Posting Komentar