Begitulah sekiranya sepenggal lirik Puisi Alam milik Fourtwnty. Barangkali itu yang bisa menjelaskan perasaan saya saat mulai mencintai alam.
Pertamakali saya mencoba menjejaki alam dengan mendaki sebuah bukit di Sumatera Utara, bukit gajah bobok. Kali pertama, rasa takut dan khawatir menyergap seolah mengurung saya untuk tidak pergi dan mundur dari kesempatan ini, namun demi sebuah ambisi yang telah lama terpendam, rasa takut itu berani untuk saya lawan. Awal dari sebuah perjalanan menuju ke perjalanan lain. Semangat saya mulai terbakar untuk mencoba pendakian ke sebuah gunung di Sumatera Utara.
Gajah Bobok, Sumatera Utara Menikmati alam dari balik tenda |
Pendakian selanjutnya saya lakukan di Gunung Sibayak. Sebuah gunung di Sumatera Utara dengan ketinggian 2.212 mdpl. Gunung Sibayak, ya, untuk pertamakalinya saya mendaki sebuah gunung sungguhan. Rasa khawatir kembali menghampiri saya, namun semuanya saya lawan untuk membangunkan ambisi yang lama tertidur dalam diri saya.
Kawah Gunung Sibayak, Sumatera Utara |
Pertama kali saya berpijak di kaki gunung sibayak, saya takjub dan tak dapat mengatakan apa-apa. Hanya hati saya yang mulai berkecamuk, mulai merasa khawatir dan takut.
"Mungkinkah saya mampu?"
"Bagaimana jika saya tak sanggup?"
"Bagaimana jika ditengah perjalanan saya hilang dan tak kembali?"
Banyak hal yang saya tanyakan pada diri sendiri. Namun kembali dengan keyakinan dan kekuatan doa, saya mampu membulatkan tekad dan membuang jauh semua pikiran-pikiran tersebut.
Kaki Gunung Sibayak |
Awal pendakian, saya bersama beberapa teman seperantauan dan beberapa teman yang baru kami kenal saat mendaki disambut dengan rintik hujan, tanah yang becek, keadaan yang gelap gulita hanya bermodalkan cahaya lampu seadanya dan beberapa jalan yang terkikis oleh longsor menjadi tantangan tersendiri untuk saya sebagai pemula. Rasa lelah dan beratnya beban di punggung menjadi sensasi tersendiri yang anehnya sangat saya nikmati. Sebuah pengalaman yang baru pertamakali saya rasakan seumur hidup saya.
Setelah sekitar 2 jam mendaki, saya dan teman-teman akhirnya berhenti untuk mendirikan tenda. Angin kencang yang menerpa terasa sangat dingin menembus hingga ke tulang, hanya api unggun, secangkir kopi dan obrolan sederhana yang mampu menghangatkan tubuh kami serta membuat malam panjang kami terasa singkat.
Tak terasa setelah beristirahat sejenak di dalam tenda, sang fajar mulai menggapai langit. Semua lelah yang saya rasakan semalam seolah hilang begitu saja, semuanya dirasa terbayar oleh indahnya pemandangan yang disuguhkan terutama dari atas puncak gunung sibayak. Takjub dan terpesona saya dibuatnya. Dalam hati, saya mulai bangga pada diri saya sendiri. Saya seorang perempuan yang sebelumnya tak mengenal seberapa indahnya dan menakjubkannya dunia, akhirnya mampu berada di puncak tertinggi untuk menyaksikan betapa hebat dan mengagumkannya alam semesta.
Semarak awan beriringan di langit Sibayak |
Pemandangan pagi hari dari puncak Sibayak |
Penampakan Sinabung dari puncak Sibayak |
Erupsi gunung sinabung dari puncak Sibayak |
Dari pengalaman pertama itu, saya akhirnya bertekad untuk mencari keindahan-keindahan lain dari berbagai sisi bumi. Meskipun belum untuk saat ini, namun saya yakin suatu hari nanti saya mampu untuk menjelajahi setiap sudut bumi.
Dari perjalanan pertamakali uniknya saya sudah bisa mengumpulkan berbagai macam pelajaran hidup, ditambah lagi dengan perjalanan-perjalanan yang lain yang juga sering memberi saya sebuah pemahaman-pemahaman baru. Kesabaran, keikhlasan, kerendahan hati, bagaimana caranya mengendalikan rasa takut, menghadapi rintangan, menikmati rasa sakit dan lelah, indahnya bersyukur serta belajar mengenal lebih dekat dengan Sang Pencipta lewat maha karya-Nya yang luar biasa merupakan hal-hal yang dapat diambil dari perjalanan menyusuri alam.
Sebuah candu yang unik, yang tidak semua orang dapat merasakannya dengan sepenuh hati. Sebuah candu yang membuat hati selalu rindu untuk kembali bersua dengan sunyinya alam liar. Sebuah perjalanan yang mampu menembus batas lelah tubuh manusia untuk menikmati hebatnya pesona semesta.
Sangat menginspirasi raa, terutama buat orang rumahan seperti aku hehe
BalasHapusBaca tulisan kamu seakan aku juga ada di situ mendakiπ jadi tergugah untuk keluar menikmati indahnya ciptaan Yang Kuasa, supaya lebih bersyukur lagi π
Semangat terus araa nulisnya, ini menginspirasi ❤❤❤
Alhamdulillah, jazakillah khair Lis ❤
HapusAmin ya rabbal alamin,semoga semangat terus, semoga blog ini bisa terus hidup dan makin menginspirasi yaa Lis π
Hatur nuhun geulis πππ